Sebuah keunikan lain yang serba kebetulan, di Gunung Padang semuanya serba lima. Rustandi, petugas pengelola Gunung Padang menjelaskan, situs purbakala tersebut dikelilingi lima gunung.
Di sebelah barat ada Gunung Karuhun, sebelah selatan Gunung Emped, di timur ada Gunung Malati, di timur laut ada Gunung Pasir Malang, dan di sebelah utara ada Gunung Batu.
Gunung tersebut pun dikelilingi lima sungai, yaitu Sungai Cikuta, Panggulaan, Monjong, Emped, dan sungai yang mengalir dari Gunung karuhun.
Bukan hanya itu, Situs Gunung Padang juga dibangun menghadap lima gunung, yaitu Gunung Pasir Pogor, Gunung Cikencana, Gunung Pangrango, Gunung Gede, dan Gunung Batu.
Kebetulan pulan, biasanya, orang Sunda menjadikan Gunung Gede sebagai patokan menentukan arah kiblat. Situs Gunung Padang pun memiliki lima teras atau undakan. Teras pertama disebut teras batu gamelan dan masigit (masjid).
Teras kedua disebut teras lumbung. Teras ketiga disebut teras batu kursi atau tempat musyawarah. Teras keempat teras batu gendong, dan kelima teras singgasana raja.
Kelima teras memiliki fungsi masing-masing. Teras pertama berfungsi untuk ruang aula seni dan beribadah. Di teras pertama ini ada batu dengan bentuk memanjang dan memiliki suara layaknya gamelan bila dipukul.
Teras kedua berfungsi sebagai ruang penyimpanan padi atau bahan makanan. Teras ketiga berfungsi sebagai tempat musyawarah, teras keempat tempat pernasiban, dan teras kelima untuk tempat duduk raja.
Batu-batu yang berserakan di puncak Gunung Salak pun rata-rata berbentuk prisma segi lima.
"Hampir 95 persen batu di sini memiliki lima sudut, dan letaknya rata-rata mengarah ke Gunung Gede," jelas Rustandi.
Menurutnya, Situs Gunung Padang tertutup pepohonan besar sebelum dibuka. Lantas, karena masyarakat menebangnya dan karena faktor alam, Situs Gunung Padang pun akhirnya menjadi serakan batu-batu besar saja.
"Tapi, memang dari dulu masyarakat di sini sudah tahu keberadaan tempat ini," ungkapnya. (*)
Serba Lima di Gunung Padang |
Bukan hanya itu, Situs Gunung Padang juga dibangun menghadap lima gunung, yaitu Gunung Pasir Pogor, Gunung Cikencana, Gunung Pangrango, Gunung Gede, dan Gunung Batu.
Kebetulan pulan, biasanya, orang Sunda menjadikan Gunung Gede sebagai patokan menentukan arah kiblat. Situs Gunung Padang pun memiliki lima teras atau undakan. Teras pertama disebut teras batu gamelan dan masigit (masjid).
Teras kedua disebut teras lumbung. Teras ketiga disebut teras batu kursi atau tempat musyawarah. Teras keempat teras batu gendong, dan kelima teras singgasana raja.
Kelima teras memiliki fungsi masing-masing. Teras pertama berfungsi untuk ruang aula seni dan beribadah. Di teras pertama ini ada batu dengan bentuk memanjang dan memiliki suara layaknya gamelan bila dipukul.
Teras kedua berfungsi sebagai ruang penyimpanan padi atau bahan makanan. Teras ketiga berfungsi sebagai tempat musyawarah, teras keempat tempat pernasiban, dan teras kelima untuk tempat duduk raja.
Batu-batu yang berserakan di puncak Gunung Salak pun rata-rata berbentuk prisma segi lima.
"Hampir 95 persen batu di sini memiliki lima sudut, dan letaknya rata-rata mengarah ke Gunung Gede," jelas Rustandi.
Menurutnya, Situs Gunung Padang tertutup pepohonan besar sebelum dibuka. Lantas, karena masyarakat menebangnya dan karena faktor alam, Situs Gunung Padang pun akhirnya menjadi serakan batu-batu besar saja.
"Tapi, memang dari dulu masyarakat di sini sudah tahu keberadaan tempat ini," ungkapnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar