Romantisme Rasulullah Saw

Nabi Muhammad Saw. sebagai pribadi adalah manusia biasa yang memiliki kesamaan dengan manusia pada umumnya. Beliau makan, minum dan juga menikah. Namun pernikahan beliau dengan beberapa wanita mulai dari istri pertama hingga terakhir bukan karena dorongan nafsu syahwat, melainkan memiliki misi li i'lai kalimatillah demi ketinggian dan kemuliaan agama Allah). Dalam kisah berikut dituturkan tentang peran Khadijah dan Aisyah selama mendampingi Nabi dalam menyampaikan risalah Tauhid
.
Khadijah binti Khuwailid yang lahir di Mekkah tahun 556 M. adalah wanita pertama yang singgah di hati Muhammad. Ketika itu, Khadijah berusia 40 tahun dan janda untuk kedua kalinya, sedangkan Muhammad adalah seorang perjaka berusia 25 tahun. Muhammad adalah pemuda yang sangat tampan. Perawakannya sedang dan sorot matanya tajam. Kulit tubuhnya berwarna terang dan jernih. Selain itu, Muhammad adalah pria yang memiliki daya tarik luar biasa. Karena itu, Khadijah sangat menaruh simpati kepada Muhammad sehingga diberikan kepercayaan untuk menjual barang dagangan miliknya. Selama Muhammad berdagang ke kota Bushra, Khadijah menugaskan Maisaroh pembantunya untuk menemani Muhammad. Tiap kali berdagang, Muhammad selalu mendapatkan untung besar sehingga semakin menarik perhatian Khadijah. Karena perasaan kagumnya, Khadijah ingin mengetahui lebih banyak tentang Muhammad, maka dipanggillah Maisaroh untuk bercerita. Kemudian Maisaroh bercerita tentang kemuliaan sikap Muhammad yang sangat jujur, baik dalam hal timbangan maupun kualitas barang, maka tidak mengherankan bila dagangannya paling laris di pasar. Suatu hari di tengah perjalanan pulang, Muhammad istirahat di bawah pohon, tiba-tiba datang seorang pendeta Nasrani yang meramal bahwa ia akan menjadi Nabi terakhir. Dan selama perjalanan dari Syam hingga Bushra, para Malaikat mengawalnya, membuat awan di langit mengikuti langkah Muhammad sehingga menghalangi terik matahari. Setelah mendengar cerita Maisaroh, perasaan Khadijah kepada Muhammad kian berkembang. Dan meski tidak sedikit bangsawan Arab yang melamarnya, namun semua ia tolak karena ia sudah telanjur jatuh hati pada Muhammad. Usia Muhammad yang jauh lebih muda darinya membuat Khadijah ragu bahwa Muhammad mau menerima cintanya. Bahkan Khadijah khawatir, Muhammad sudah memiliki gadis idaman. Dengan membuang segala keraguan Khadijah menyuruh Nufaisa binti Munya menjajaki Muhammad untuk mendapat kepastian. Nufaisa segera mendatangi Muhammad dan bertanya:

“Wahai Muhammad, apakah engkau telah memiliki jalinan asmara dengan seorang wanita?”
“Belum." jawab Muhammad.
 Kemudian Nufaisa melanjutkan, "Bagaimana kalau ada wanita yang mencintaimu dan ingin melamarmu?" "Ah, mana ada wanita yang mau denganku, karena aku tak punya apa-apa," jawab Muhammad, merendah. "Seandainya ada yang mau dan bisa menerima kamu, bagaimana?" kejar Nufaisa. "Siapa?" tanya Muhammad. "Khadijah!" jawab Nufaisa. Muhammad kaget dan tidak percaya mendengar bahwa Khadijah, perempuan yang sangat terhormat dan kaya raya itu mencintainya. Namun Muhammad menjawab juga, “Kalau Khadijah benar mencintaiku, aku akan menerimanya, semoga dia mendukungku dalam mengemban misi suci," jawab Muhammad. Setelah itu, Nufaisa segera menyampaikan jawaban tersebut kepada Khadijah. Dan Khadijah menerima kabar tersebut dengan suka cita. Selanjutnya, Khadijah mengatur waktu pertemuan antara keluarganya dengan keluarga Muhammad. Kemudian Muhammad menemui pamannya Abu Thalib untuk menyampaikan berita tersebut. Selanjutnya terjadilah pernikahan antara Muhammad dan Khadijah, dengan mas kawin dua puluh ekor unta muda dari hasil keringatnya berdagang. Sebagai pemimpin
rumah tangga sikap Muhammad sangat bijak. Ia adalah suami yang penuh kasih sayang, sekaligus berwibawa, sehingga rumah tangganya diliputi suasana harmonis.

Wahyu Pertama
Dukungan Khadijah tampak jelas pada masa-masa awal perjuangan Nabi. Di antaranya adalah ketika menjelang Nabi akan mendapatkan wahyu pertama, Khadijah membebaskan Nabi dari beban mencari nafkah. Maka sejak itu, Nabi menjadi lebih tenang dalam melakukan khalwat di gua Hira.

Tidak ada komentar: