Seleksi Alam yang Ditakuti Wanita

Early Pregnancy Failure : Seleksi Alam yang Ditakuti Wanita Memang, keguguran saat baru saja hamil sungguh menyedihkan hati.


Tapi siapa sangka, begitulah cara alam menyeleksi sehingga hanya calon anak manusia yang sempurnalah yang akan dikandung dan kemudian dilahirkan oleh sang bunda.

Mungkin istilah blighted ovum atau early pregnancy failure kalah populer dengan istilah keguguran.  Kedua istilah asing tadi mempunyai satu makna, yaitu pembuahan tanpa embrio. Sementara keguguran adalah akibat yang jamak terjadi lantaran pembuahan tanpa embrio tadi.  Lebih dari 60% kasus keguguran di Amerika yang terjadi pada trimester pertama kehamilan disebabkan oleh blighted ovum.

Meski angkanya terbilang tinggi, namun tak seorang pun yang bisa langsung mendeteksi keberadaan blighted ovum dalam kantung kehamilan.  Kecuali, bila didukung dengan peralatan pemeriksaan kandungan yang terbilang canggih. Doppler dan Ultrasonograph, misalnya. Itupun jika sudah lewat masa 6-8 pekan atau saat ukuran kantung kehamilan ibu sudah mencapai 25 mm. Nah, jadi sebenarnya apakah blighted ovum itu?

Blighted Ovum (BO): Pembuahan Tanpa Embrio

BO adalah kondisi kehamilan yang tidak disertai dengan bakal janin. Tapi kini istilah early pregnancy failure (EPF) lebih banyak digunakan di kalangan medis mancanegara ketimbang BO.  Sebab, EPF lebih merepresentasikan keadaan yang sebenarnya dalam kantung kehamilan seorang wanita.Sebenarnya semua gejala kehamilan yang biasa terjadi pada wanita hamil normal juga dialami oleh ibu hamil BO.

Seperti mual, lesu, pening, mudah lelah, dan payudara yang membesar dan terasa sakit bila disentuh.  Plasenta terbentuk, berkembang dan membentuk hormon human chrionic gonadtrophin (hcg).  Hormon inilah yang memberi sinyal bahwa kehamilan sudah terjadi, sehingga kita bisa melihat dua garis dalam strip uji kehamilan kita.  Hcg jugalah yang menimbulkan beragam keluhan dan gejala kehamilan tadi.

Namun pada ibu yang hamil BO,  kantung
uterus akan berhenti perbesarannya.  Pada waktu itu si embrio tiada lagi berkembang lalu mati. Kemudian, gugurlah bahan-bahan atau produk kehamilan.  Proses keguguran ini bisa berlangsung berminggu-minggu, dimulai dengan hadirnya bercak-bercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah banyak.  Tak jarang keguguran berlangsung secara spontan.

Itulah sebab, tidak seperti kehamilan normal, pada pekan ke 12, dokter tidak bisa mendengar denyut jantung janin. Padahal mestinya denyut itu bisa didengar sejak kehamilan berumur paling tidak 8 pekan.  Saat itu, secara kasat mata, dokter juga tidak bisa menemukan si bakal janin. Mestinya mudigah atau embrio sudah terlihat sejak umurnya 6,5 pekan.

“Tapi ada lho, pasien saya yang sudah hamil 5 bulan baru keguguran, karena early pregnancy failure,” ungkap dr. Iskandar M. SpOG.  Menurut dokter kandungan yang berpraktek di RSIA Graha Permata Ibu Depok ini, keguguran yang disebabkan oleh EPF biasanya spontan dan tak perlu dilakukan kuretase untuk menyedot keluar dan mengikis bersih jaringan tersebut. “Karena jaringan dan produk kehamilan yang gagal itu akan keluar dengan sendirinya.”

Namun, tak semua wanita tahan menunggu. Sehingga biasanya dokter
akan memberikan obat yang bisa mempercepat keluarnya berbagai produk hasil konsepsi tersebut.  Atau, cara lain adalah dengan melakukan kuretase.

Semuanya Akan Berjalan Normal

Usai mengalami keguguran, biasanya seorang wanita akan mendapat haidnya kembali 4-6 pekan kemudian.  Nah, ini berarti siklus masa kesuburannya kembali normal.  Pada masa itu, ada dokter yang membolehkan pasiennya untuk hamil sebulan kemudian.  Namun, banyak pula dokter yang menyarankan agar kehamilan hendaknya menunggu hingga 2-3 kali periode menstruasi.

Nah, mereka yang pernah mengalami keguguran akibat EPF tak perlu cemas karena umumnya kehamilan berikutnya akan berjalan normal. Kalaupun terjadi keguguran hingga 3 kali–namun kasus ini jarang sekali—maka dokter akan melakukan tes darah untuk mengetahui apa penyebabnya. Karena boleh jadi penyebabnya adalah faktor genetik.

Anomali Kromosom

Hingga kini, para ahli kebidanan dan kandungan sepakat penyebab EPF bukanlah kurangnya asupan makanan bergizi, melainkan kelainan atau kerusakan kromosom. Maksudnya, terjadi kesalahan saat sel sperma dan sel telur berbagi informasi genetik.

Dan seperti mesin yang super canggih, secara otomatis tubuh langsung menghentikan proses perkembangan bakal janin begitu tahu ada yang salah pada sel telur yang sudah dibuahi oleh sel sperma .Lalu secara alami, produk-produk itu luruh dengan sendirinya.

Meski begitu, tak urung hampir semua wanita yang mengalami keguguran pasti kecewa, sedih dan merasa kehilangan.  Wajar saja, mengingat mereka menderita ngidam, pusing, dan seabrek keluhan yang sama dengan wanita yang hamilnya normal.  Dengan keluhan dan gejala kehamilan, sudah barang tentu mereka mengira janin yang dikandungnya bakal berkembang sebagaimana mestinya.  Namun, sayang seribu kali sayang, bakal janinnya tereliminasi oleh alam.  Memang menyedihkan, tapi itulah yang terbaik yang diberikan Tuhan.

Coba bayangkan bila bakal janin terus saja berkembang meski terjadi kesalahan genetik.  Sudah pasti ia akan mengalami kecacatan di organ luar ataupun di dalam tubuhnya, seperti down syndrom.
 
Ingat Umur Saat Berencana Hamil

Biasanya kelainan kromosom yang menyebabkan EPF terdapat pada sel telur seorang wanita.  Jarang sekali terjadi anomali kromosom yang berasal dari sel sperma.  Sel telur wanita yang berusia di atas 35 tahun bukanlah sel telur yang berkualitas tinggi, seperti saat mereka berusia muda.  Bahkan mereka yang hamil di usia 40-45 tahun berisiko mengalami keguguran sebesar 65%.

Ini patut menjadi bahan renungan buat mereka yang lebih memilih mengejar karir lalu berencana hamil di usia menjelang 40 tahun.   Karena makin tua umur seorang wanita ketika ia hamil, semakin potensial terjadi anomali kromosom dalam sel telurnya.  Jadi, sebagai wanita yang bijaksana tentu Anda lebih tahu kapan sebaiknya Anda
hamil.

Tips :Hamil Tenang dan Selamat:
  1. Begitu terdeteksi hamil, perbanyaklah berdoa.
  2. Ingat, masa kritis pembentukan embrio baru saja dimulai, jadi masih ada kemungkinan janin gagal berkembang.
  3. Berpikir positif dan tetap menikmati masa ngidam.
  4. Saat usia kehamilan 6-7 pekan, cobalah USG.  Minta dokter mendeteksi ada tidaknya perkembangan janin.
  5. Bila belum terlihat, cobalah pada pekan ke-8 mendengar detak jantung bayi dengan Doppler.
  6. Sadari, apa yang bakal terjadi adalah yang terbaik. Bahkan bila janin tak berkembang.

Tidak ada komentar: